Dan disinilah aku terjebak dalam macetnya jalanan
Musik di telinga pun seperti setuju dengan jalanan
Langit senja itu kelabu seperti debu yang bertebaran di jalanan
Nyanyian janji dengan mimpi pun di ucapkan anak jalanan
Gerimis pun perlahan datang
Seperti hendak menjawab semua pertanyaan yang ada
Hembusan angin kembali membuatnya terdiam
Namun semua pertanyaan itu datang lagi
Menuntut agar cerita mereka kembali didengar
Oke dari mana aku harus memulai?
Apakah dari tatapan malu-malu saat itu?
Atau dari kata-kata kaku yang tak memihak?
Mungkin senyum lebih pantas untuk berdiam
Aku, kamu, dan apa yang terjadi di antara kita
Apakah pantas disebut dengan cinta?
Mungkinkah dikatakan jalinan kasih?
Atau kah rindu yang terpisah?
Aku, kamu, dan cerita tentang perbedaan
Dengan samudra yang selalu berubah aku datang
Dengan volcano yang kokoh kamu menunggu
Apakah kita bisa menopang kehidupan di atasnya?
Aku, kamu, dan tahun-tahun yang terlupakan
Tentang kebersamaan yang tertunda
Rindu yang selalu mengisi ruang di antara cinta
Dan sebuah cerita tentang kamu
Kamu itu, air mata yang ditangisi seorang bayi
Cinta yang menjelma senyum seorang anak
Tawa seorang remaja yang penuh canda
Dan kamu itu kisah yang diceritakan setiap orang tua
Cinta yang selalu berbicara mengenai kisah waktu itu
Ketika perasaan datang terlambat untuk menyampaikannya
Membiarkan rindu terdiam sehingga menjadi pendengar
Dan hati yang menerima kembali ketika kamu pulang
Leave a Reply