Awal Oktober dan hujan yang datang terlambat
Atau mungkin hujan telah lupa jalan untuk pulang
Seperti seribu puisi yang kusiapkan untukmu
Kehilangan alasan untuk kembali pulang menjadi kata
Lelaki itu pun kembali menyebrangi Margonda
Bertahun-tahun lalu kenangan pernah melintasi jalan itu
Tempat di mana kata aku menemukan makna menjadi aku
Dilihatnya sepatu lama yang sedang dia pakai
Terasa nyaman walaupun mulai pudar kenangannya
Dan dengan sobekan yang mulai memperbesar jarak
Menjadikannya waktu hampa yang tak bermakna lagi
Dia pun meragu untuk sekedar mencoba
Dari setiap pilihan yang telah dilewatinya
Untuk semua pilihan yang menantinya melalui tatapan
Sanggupkah dia memilikimu?
Sesaat kemudian mereka semua pun bertanya, kemana perginya lelaki itu?
Yang selalu berbagi cerita dengan ombak sembari menunggu senja
Senja yang kau janjikan untuk bertemu di pelupuk langit
Semua perasaan pastilah punya tujuan
Tapi tidak semua perasaan harus sampai pada tujuan, iya kan?
Semua orang pulang pada akhirnya
Semua orang menyukai liburan
Tapi liburan tidak bertahan selamanya
Kau mulai berbicara mengenai jarak dan waktu?
Padahal kau sendiri yang pernah menafsirkan mereka untukku
Waktu tempuh menuju sebuah hati tak bisa kau hitung
dengan membagi jarak tempuh dan kecepatan
Menuju hati terdekat, kadang butuh selamanya
Kita pernah sama-sama belajar
Jumlah semua probablitas hasilnya 1
1 dalam boolean adalah TRUE
Semua potensi kejadian itu ada
Seperti yang tertulis dalam kitab semesta
Jika kau ingin kembali, ingatlah!
Malam kini berwujud pagi
Rembulan telah tergantikan embun
Kabut telah habis terbiaskan mentari
Kau kejarlah mimpimu di sana, aku berjuang dengan mimpiku disini
Mungkin akan ada persimpangan dimana mimpi kita saling bertemu
Atau nantinya mimpi kita hanya bersingungan tanpa bisa bersatu
Leave a Reply